Pemangkasan Anggaran Promosi Pariwisata Indonesia Picu Kekhawatiran di Industri

Asosiasi Pariwisata Inbound Indonesia (IINTOA) mendesak Kementerian Pariwisata untuk meningkatkan promosi destinasi di tengah kekhawatiran akibat pemangkasan signifikan dalam anggaran promosi pemerintah tahun ini.
Pemotongan anggaran tersebut menyebabkan absennya Indonesia dari pameran dagang internasional utama seperti ITB Asia di Singapura, ATM di Dubai, dan WTM di London. Selain itu, Kementerian Pariwisata juga menarik dukungan keuangan untuk SATTE 2025 di New Delhi, sehingga para pelaku industri yang ingin berpartisipasi harus menanggung biaya lebih tinggi.
Dalam Kongres Nasional IINTOA yang berlangsung di Yogyakarta, Ketua IINTOA, Paul Talo, mengingatkan pemerintah akan peran yang berbeda antara sektor publik dan swasta dalam industri pariwisata.
“Sebagai operator tur, kami memiliki mandat berdasarkan undang-undang pariwisata untuk menciptakan, mempromosikan, dan menjual produk perjalanan. Namun, Kementerian Pariwisata memiliki tugas utama untuk mempromosikan Indonesia sebagai destinasi,” ujar Talo.
Ia juga menyoroti kontribusi besar anggota IINTOA terhadap sektor pariwisata Indonesia.
“Dari total 13,9 juta kunjungan wisatawan internasional ke Indonesia tahun lalu, anggota IINTOA berkontribusi membawa 40 hingga 50 persen wisatawan tersebut, yang menghasilkan devisa besar bagi negara. Yang kami harapkan adalah agar pemerintah menginvestasikan kembali pendapatan tersebut dalam promosi dan pengembangan destinasi,” tambahnya.
Kekhawatiran yang sama disampaikan oleh Nicolaus Lumanauw, pemilik JBU Travel, yang menyoroti ketidakseimbangan antara target pemerintah dan sumber daya yang dialokasikan.
“Pemerintah telah menetapkan target ambisius dengan 14 hingga 16 juta wisatawan tahun ini, serta 20 hingga 23 juta wisatawan pada 2029. Namun, target ini tidak realistis jika tidak didukung dengan pendanaan yang memadai untuk promosi destinasi,” jelasnya.
Para peserta kongres sepakat untuk membawa isu ini ke Asosiasi Perusahaan Pariwisata Indonesia, yang juga terdampak oleh pemangkasan anggaran, dengan tujuan mengajukan permohonan peningkatan anggaran secara kolektif.
Sementara itu, Kongres Nasional IINTOA kembali memilih Paul Talo sebagai ketua untuk periode 2025-2030 serta menyusun program lima tahun guna meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
Beberapa inisiatif utama yang akan dilakukan antara lain menjalin kerja sama dan menjadi mitra dialog dengan Kementerian Pariwisata, berkolaborasi dengan asosiasi perjalanan outbound regional dan internasional serta perwakilan Indonesia di luar negeri untuk mengadakan perjalanan familiarisasi (fam trip) ke Indonesia pada musim sepi, serta mengadakan misi penjualan ke pasar-pasar utama dengan presentasi destinasi dan sesi table-top.
Selain itu, akan ada sesi daring yang menampilkan pembaruan destinasi dan atraksi bagi anggota IINTOA, yang kemudian dapat digunakan untuk menyusun paket perjalanan. Pelaku industri lokal dan lembaga pemerintah juga akan mengadakan fam trip bagi anggota IINTOA serta menggelar pertemuan bisnis dengan pelaku usaha wisata setempat.
Inisiatif ini bertujuan untuk mendorong pengembangan produk wisata bagi wisatawan internasional.
IINTOA juga berkomitmen untuk memperluas keanggotaan serta berkontribusi dalam pendidikan di sekolah-sekolah pariwisata, sekaligus menginspirasi generasi muda agar tertarik berkarier di bidang operator tur inbound.